Paranet Menjadi Jawaban Teknologi Pertanian di Alam Tropis
Begitupun pada tanaman. Kita sangat bersyukur hidup di negeri yang cahaya matahari melimpah dengan ditopang lautan luas. Hal ini mengakibatkan Negara kita secara rutin mendapat kiriman hujan yang memungkinkan banyak flora dan fauna berkembang dengan optimal. Luasnya lautan telah memberikan uapan air dan curha hujan yang cukup untuk kehidupan darat.
Hal itu juga ditunjang dengan keberadaan gunung aktif, yang secara rutin menyumbangkan debu vulkanik sebagai pembaharuan tanah. Keseluruhan kondisi ini mengakibatkan segala hayati kita dapat berkembang segnifikan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia.
Lalu muncul pertanyaan, mengapa sampai saat ini kita masih tertinggal untuk menciptakan swasembada pangan, pdahal kekayaan alam kita melimpah, dengan kesuburan tanah, air, dan matahari yang tidak terbatas. Jawaban sederhananya adalah karena tertinggalnya teknologi pengembangan tanaman kita. Salah satu upaya pengembangan teknologi dan mengejar ketertinggalan (baik pada proses maupun hasil pertanian) adalah dengan menerapkan cara baru bertanam, yakni memberikan naungan dengan bantuan paranet.
Naungan Paranet, Solusi Naungan Negara Tropis
Keberadaan sinar matahari yang melimpah ternyata belum tentu sesuai dengan kebutuhan energy yang diharapkan oleh tanaman. Hal ini dibuktikan dengan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa budidaya tanaman dengan naungan paranet telah terbukti berhasil meningkatkan pertumbuhan daun, batang dan akar secara segnifikan.
Seperti umum diketahui dalam pembahasan pertanian, bahwa unsur radiasi matahari yang penting bagi tanaman ialah intensitas atau jumlah cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran. Jika intensitas cahaya yang diterima tumbuhan rendah, maka jumlah cahaya yang dapat diterima oleh setiap luasan permukaan daun juga akan rendah. Hal ini sangat mengganggu pada proses fotosintesis dan menurukan sintesis karbohidrat. Sebagaimana jurnal pada Seminar Nasional “Konservasi Tumbuhan Tropika: Kondisi Terkini dan Tantangan ke Depan” pada April 2011 yang ditulis oleh Wihermanto & Tri Handayani, PKT Kebun Raya Bogor, bahwa naungan paranet menjadi bagian penting dari proses pembudidayaan tanaman.
Temuan dari hasil penelitian tersebut adalah, bahwa analisis kandungan klorofil tanaman kecapi yang diberi naungan paranet 50-55% memiliki kandungan klorofil a lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan perlakuan kontrol dan perlakuan naungan paranet lain. Sementara tanaman kecapi yang memiliki kandungan klorofil b tertinggi (0,055226 mg) adalah tanaman yang mendapat perlakuan dengan naungan paranet 65-75%. Hasil penelitian ini memberikan gambaran kepada kita, bahwa dibutuhkan filter sinar matahari yang tepat sesuai dengan kebutuhan pembakaran atau fotosintesis tanaman.
* Untuk kebutuhan paranet 50% dan paranet 65% silahkan hubungi kami sms/call: 0877.0282.1277 - 08123.258.4950 - 0852.3392.5564. Info selengkapnya tentang paranet silahkan klik disini.
Masyarakat Butuh Pemberdayaan Teknologi Pertanian
Masyarakat petani pada umumnya tentu masih sangat jauh pengetahuannya bagaimana menerapkan teknologi naungan yang tepat sesuai dengan kebutuhan setiap tanaman. Hal ini bukan semata karena pengetahuan petani akan manfaat naungan paranet masih minim, akan tetapi juga mungkin tergolong baru untuk keilmwan teknologi pertanian. Tentu saja kondisi ini sangat disayangkan di tengah mudah dan murahnya berbagai factor alam yang mendukung keunggulan pertanian Indonesia.
Karena itu, jika ingin menjadi negara unggul dalam bidang pertanian, sudah seharusnya setiap petani kita mengenali tanaman yang ditanam tidak semata pada pengalaman saja, akan tetapi juga berbasis riset ilmiah. Begitu juga melihat kondisi tropis Negara kita dengan pencahayaan matahari dan air yang berlimpah. Untuk itulah kami dengan semangat menuliskan bahwa Paranet Menjadi Jawaban Teknologi Pertanian di Alam tropis.
* Baca juga Manfaat & Fungsi Paranet/Shading net
0 Response to "Paranet Menjadi Jawaban Teknologi Pertanian di Alam Tropis"
Posting Komentar